JAKARTA – Ratusan massa mengatasnamakan Himpunan mahasiswa anti kapitalis dan Komite Pemuda Peduli Adat Nusantara berunjuk rasa didepan Istana Negara, Jakarta Pusat, Jumat (14/12/2018).
Mereka menyerukan kepada masyarakat Indonesia khususnya masyarakat Riau untuk mewaspadai aksi demo pesanan politik dan korporate asing yang menolak pemberian gelar kehormatan Adat Datuk Sri Setia Amanah Negara ke Presiden Jokowi.
Koordinator aksi Abdillah menyebut aksi yang kontroversi menolak pemberian gelar kehormatan itu menjadi tanda tanya, bahkan berpotensi beraroma politis.
“Gerakan tersebut tidak murni dan membawa misi terselubung, bisa jadi ada dugaan membawa misi paslon penantang Jokowi,” tegas Abdillah, hari ini.
Menurut dia, ada upaya jahat yang ingin membentuk citra negatif untuk menjatuhkan Presiden Jokowi dimata publik tanah air. Sehingga tergiring opini seolah-olah masyarakat Riau menolaknya.
“Sekali lagi awas ada penyesatan opini untuk digiring ke ranah politik, apalagi ini masuk tahun politik. Awas ada udang dibalik batu,” terang Abdillah.
Padahal, kata dia, Lembaga Adat Melayu (LAM) sudah mempertimbangkan matang-matang alasan pemberian gelar kehormatan, karena Jokowi serius mengatasi persoalan asap yang dimasa lalu sulit diselesaikan.
“Jadi atas dasar kebencian dan bayaran, gerakan massa yang akan melakukan penolakan gelar adat kepada Jokowi ini sudah tidak obyektif lagi,” ucap dia.
Selain itu, tambah Abdillah, pihaknya menduga ada korporate asing dibelakang layar yang merasa dirugikan dengan keputusan pemerintah Jokowi yang berhasil merebut Blok Rokan. Selama ini masyarakat Riau tidak mendapat keuntungan dari adanya Blok Rokan karena dikuasai asing.
“Ketika Jokowi berhasil merebut Blok Rokan dan masyarakan akan mendapat keuntungan, kenapa ada yang mengaku mahasiswa justru marah dengan Jokowi? Kemarahan itu adalah marahnya korporate asing bukan marahnya masyarakat Riau. Publik Indonesia harus berpikir jernih, jangan mau tergiring opini sesat,” pungkasnya.