JAKARTA – Pengasuh Pondok Pesantren Rhodlotus Sholihin, Pucuk, Lamongan, Jawa Timur KH. Nurul Huda mengingatkan agar warga muslim Jawa Timur untuk tidak terprovokasi isu SARA dan mendukung pelaksanaan Pilpres 2019 aman dan damai. Polemik terkait menguatnya politik identitas jelang Pilpres 2019, terus bermunculan dan berkembang berdampak pada timbulnya polarisasi di masyarakat.
“Sentimen agama terus disuarakan dan dieksploitasi oleh salah satu kelompok untuk menyerang lawan politiknya tanpa disadari hal tersebut mendorong bibit konflik horizontal,” tegas Kyai Nurul Huda, hari ini.
Dia mengaku prihatin bahwa isu SARA yang muncul saat ini merupakan bagian dari manuver politik yang dilakukan dan dimainkan demi kepentingan pemenangan Pilpres 2019. Ulama Lamongan itu menegaskan bahwa melalui upaya pembentukan opini negatif terhadap lawan politiknya. Dalam perkembanganya isu berkaitan dengan SARA tersebut kemudian mendapat respon dari masyarakat dan berdampak pada menguatnya potensi konflik.
“Hal tersebut dapat terlihat dari munculnya penolakan terhadap ulama / kegiatan keagamaan tertentu yang kemudian dibalas oleh kelompok lainnya,” tuturnya lagi.
Kyai Huda melanjutkan bahwa situasi tersebut selanjutnya dimanfaatkan dengan baik oleh kelompok Islam radikal untuk bersama-sama melakukan provokasi di masyarakat dengan tujuan menciptakan konflik serta memasukan doktrin dan ajarannya kepada masyarakat yang frustasi. Situasi itu menuntut komitmen dan peran semua pihak untuk lebih peka terhadap perkembangan situasi dan berani bersikap untuk menolak kelompok radikal.
“Terakhir kita berharap kepada masyarakat untuk lebih tenang dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang cenderung memecah belah umat, dan kita dukung pemerintah dan Polri untuk bersama-sama menciptakan situasi kondusif demi pelaksanaan Pemilu 2019 yang aman, damai dan demokratis,” pungkasnya.