PSEL Dinilai Akademisi UI Mampu Tekan Beban TPA Perkotaan

oleh -3 Dilihat

Jakarta – Gunungan sampah kini menjadi wajah sehari-hari banyak kota di Indonesia. Setiap tahun, timbulan sampah nasional diperkirakan melampaui 70 juta ton, sementara sebagian besar masih berakhir di TPA yang sudah penuh dan mengandalkan praktik open dumping. Situasi ini kian mendesak seiring rencana pemerintah menutup seluruh TPA open dumping demi menekan dampak pencemaran lingkungan dan risiko kesehatan.

Di tengah tekanan tersebut, pemerintah mendorong teknologi waste to energy sebagai bagian dari transformasi pengelolaan sampah nasional. Proyek Pengolahan Sampah menjadi Energi Listrik (PSEL) diprioritaskan sebagai solusi untuk mengurangi beban TPA sekaligus memanfaatkan sampah sebagai sumber energi.

Akademisi lingkungan Universitas Indonesia, Ir. Louis Fransiscus Yuniarto, menilai PSEL sebagai langkah strategis yang relevan dengan tantangan saat ini. Menurutnya, PSEL tidak boleh dipandang sebagai solusi instan, tetapi sebagai bagian dari sistem pengelolaan sampah yang menyeluruh dari hulu hingga hilir.

“PSEL penting dalam kerangka ekonomi sirkular karena mampu menekan volume sampah secara signifikan dan menghasilkan energi. Namun keberhasilannya sangat bergantung pada tata kelola, transparansi, dan kesiapan ekosistem pendukung,” ujarnya.

Louis, yang juga Konsultan Senior ESG Management di Pusat Penelitian Sumberdaya Manusia dan Lingkungan, Sekolah Ilmu Lingkungan UI, menegaskan bahwa tanpa pemilahan dari sumber, kepastian teknologi, serta pengawasan emisi dan residu, PSEL berisiko menimbulkan persoalan baru. Ia menekankan, PSEL harus berjalan seiring dengan edukasi publik dan kebijakan pengurangan sampah.

“Jika dirancang dan diawasi dengan serius, PSEL bukan hanya solusi teknis, tetapi cerminan keseriusan negara dalam mengelola sampah secara modern dan bertanggung jawab,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.