JAKARTA – Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) meminta publik tanah air untuk husnudzon (berbaik sangka) terkait pertemuan mantan Kapolda Metro Jaya Komjen Mochammad Iriawan alias Iwan Bule dengan Tim Pencari Fakta (TPF) kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan. Ketua Team Investigasi JARI 98 Donny Fraga Wijaya menilai pertemuan tersebut bukanlah pemeriksaaan melainkan hanya ngobrol biasa sebatas klarifikasi.
“Husnudzon saja, apalagi Bapak Iriawan sendiri memastikan dia tidak menjalani pemeriksaan. Kalau diperiksa itu kan di BAP, itu ngobrol-ngobrol saja,” terang Donny, hari ini.
Lebih lanjut, Donny juga berharap agar media yang mengutip bahasa diperiksa bisa direvisi. Dia menilai ada upaya pembunuhan karakter terhadap Iwan Bule dan framming terkait kasus tersebut.
“Ngeri bener pakai bahasanya di periksa, ini harus diluruskan ke masyarakat. Bapak Iriawan tidak mengerti sama sekali siapa pelaku penyiraman Novel, dia pun juga bukan dalangnya. Jangan memframming seolah-olah beliau pelakunya, ada upaya pembunuhan karakter terhadap Iwan Bule,” tambah Donny lagi.
Donny pun menyindir agar TGPF tidak mencari popularitas dan sensasi semata perihal pertemuannya dengan Iwan Bule. Harusnya, kata Donny, TGPF bisa mempublish pelaku dari bawah dan kendalanya apa. Berita yang tersebar di ruang publik itu terlalu tendensius dan merusak kehormatan Iwan Bule.
“Bukan malah muncul dimedia, Jenderal bintang tiga diperiksa soal Novel. Itu lantas dibesarin, namanya cari sensasi saja. Berita ini secara tendensius merusak kehormatan dan integritas Bapak Iriawan,” jelasnya.
Lebih jauh, Donny menyayangkan kemunculan pemberitaan yang berbau negatif merugikan Iwan Bule. Katanya, isi pemberitaan itu terlalu banyak mengandung fakta-fakta yang tidak benar, bahkan fitnah menyangkut kehormatan Iwan Bule.
“Kami minta awak media memberitakan dengan memenuhi unsur kode etik jurnalistik. Berimbang, dan ada hak suara dari Iwan Bule terkait tudingan pemeriksaan itu,” tandasnya.